Rabu, 12 Juni 2013

SAJAK PALSU (Agus R. Sarjono)



Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah dengan sapaan palsu.
Lalu mereka pun belajar sejarah palsu dan buku-buku palsu.
Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu.
Karena tak cukup nilai, maka berdatanglah mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk menyerahkan amplop, berisi perhatian dan rasa hormat palsu.
Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru dan ibu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru.
Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, mereka pun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu .
Sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu.
Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu.
Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus dan hadiah-hadiah palsu, tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan izin dan surat palsu kepada bank negeri yang dijaga pejabat-pejabat palsu.
Masyarakat pun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu.
Maka  uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu, sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsu.
Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu
1998
Analisis
            Dari puisi di atas yang berjudul “Sajak Palsu” yang di tulis oleh Agus R. Sarjono. Menceritakan tentang kehidupan di negeri ini  yang penuh dengan kepalsuan atau kebohongan. Dari sebuah instansi pendidikan, kerja dan pemerintah di Indonesia.” Berawal dari kepalsuan menjadi palsu”. Hal itu tergambar dari guru yang penuh dengan kepalsuan melahirkan murid-murid yang pintar memalsu.
Analisis Struktur Fisik
 Penyair menggunakan diksi yang mudah di pahami. Bentuk  puisi lebih kelihatan seperti sebuah karangan cerita. Tidak berupa bait yang terpisah-pisah.
Analisis Struktur Batin
Ø  Tema
Kebohongan yang telah mendarah daging di Negara ini.
Ø  Nada
Penyair dalam penyampaiannya bernada lugas dan tegas, dengan tujuan menyindir dan mengingatkan kepada Si pembohong.
Ø  Perasaan
Ungkapan perasaan penyair terhadap mereka yang akrab mengobral kepalsuan, dengan menggebu-gebu penuh dengan amarah.
Ø  Amanat
Penyair berharap para pengobral kepalsuan di negeri bertobat menuju kejujuran.

Pada Sajak Palsu tersebut, penyair juga menggunakan beberapa citraan, antara lain sebagai berikut.

1.      Citraan Pendengaran, citraan tersebut terdapat pada larik “Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah dengan sapaan palsu”. Pada larik tersebut penyair menggunakan citraan pendengaran karena lirik  pada larik tersebut memberikan ransangan kepada telinga sehingga seolah-olah dapat mendengar sesuatu yang diungkapkan melalui citraan tersebut. Dalam lirik  puisi tersebut pembaca seakan-akan  mendengar murid yang memberikan ucapan palsu kepada Bapak atau Ibu gurunya.
Selain itu, citraan pendengaran juga terdapat pada larik:
“Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan gagasan gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu”.
Pada larik tersebut penyair menggunakan citraan pendengaran karena lirik  pada larik tersebut  memberikan ransangan kepada telinga sehingga seolah-olah dapat mendengar sesuatu yang diungkapkan melalui citraan tersebut. Dalam lirik  puisi tersebut pembaca seakan-akan  mendengar sosok orang-orang dalam puisi yang meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu.
2.      Citraan penglihatan, citraan tersebut terdapat pada larik “Di akhir sekolah, mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu”. Pada larik tersebut penyair menggunakan citraan penglihatan karena lirik pada larik itu  memberikan rangsangan kepada mata sehingga seolah-olah pembaca dapat melihat sesuatu yang sebenarnya tidak terlihat. Pembaca seolah-olah melihat sosok mereka dalam puisi yang terperangah melihat hamparan nilai nilai mereka yang palsu.
Selain itu, citraan penglihatan terdapat juga pada larik:
“Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus dan hadiah-hadiah palsu, tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan izin dan surat palsu kepada bank negeri yang dijaga pejabat-pejabat palsu.
Masyarakat pun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu.
Maka  uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsu.”
Pada larik tersebut, penyair menggunakan citraan penglihatan karena lirik pada larik tersebut memberikan rangsangan kepada mata sehingga seolah-olah pembaca dapat melihat sesuatu yang sebenarnya tidak terlihat. Pembaca seolah-olah melihat sosok mereka dalam puisi yang menyaksikan kegiatan ekonomi dan pemerintahan yang serba palsu.
3.      Citraan gerak, citraan tersebut terdapat pada larik:
“Karena tak cukup nilai, maka berdatanglah mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu.
Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru dan ibu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru.”
Pada larik-larik puisi  tersebut penyair menggunakan citraan gerak karena pada lirik puisi tersebut  pembaca seakan-akan merasakan atau melihat gerakan sosok mereka dalam puisi yang mendatangi rumah bapak atau ibu guru untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu dan sambil tersipu palsu bapak atau ibu guru tersebut membuat tolakan palsu, tetapi akhirnya diterima juga amplop tersebut dan  bapak atau ibu guru tersebut berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar