Rabu, 12 Juni 2013

Menguak Driskiminasi (Cerpen “Jawa, Cina, Madura nggak masalah. Yang penting rasanya..” karya Shoim Anwar)



Seperti yang kita ketahui, masyarakat Indonesia memiliki beragam suku, ras, budaya dan bahasa. Hal ini bisa menjadi konflik jika kita tidak memiliki sebuah ideologi yang mengedepankan sebuah persatuan di Indonesia. Bersyukur kita memiliki Pancasila sebagai ideologi yang kita pegang teguh dan kita anut.
            Tetapi pada kenyataannya di Indonesia dampak negatif dari beragam agama, ras, budaya, bahasa telah menyebabkan konflik antar kelompok masyarakat. Sebagai contoh pembakaran pasar Glodok (peristiwa Mei kelabu) di Jakarta yang menjadi sasaran kelompok etnis cina. Peristiwa Sambas dan Palangkaraya (pertarungan antara Dayak dan Melayu melawan Madura), Peristiwa Aceh (pertarungan orang Aceh dan transmigrasi Jawa).
 Menguak adanya diskriminasi yang pernah terjadi di Indonesia merupakan tema yang diangkat oleh Shoim Anwar dalam cerpenya yang berjudul “Jawa, Cina, Madura nggak masalah. Yang penting rasanya”. Adanya sikap membanding-bandingkan antar suku kerap terjadi dalam pergaulan masyarakat. Diperlihatkan dalam cerpen ini pada kutipan berikut:
“Jangan macam-macam. Kurang apa aku?
“Nggak kurang.”
“Pakai membanding-bandingkan dengan Cina dan Madura segala.”
“Justru harus dibandingkan biar tahu kelebihannya” (Shoim Anwar, 2009:182).

Kisah diskriminasi suku terutama pada etnis cina di Indonesia sudah beredar sejak lama. Sikap anti cina itu muncul karena berbagai stereotip yang digemborkan dan akhirnya menguasai pemikiran masyarakat. Kerusuhan terjadi dengan pengrusakan terhadap toko-toko, hotel, maupun tempat usaha milik orang cina. Ditunjukkan pada kutipan berikut:
            “Gara-gara kerusuhan. Dulu toko orang tuanya besar sekali. Sewaktu ada huru-hara, toko orang-orang Cina di sini dirusak dan dijarah massa. Habis semua (Shoim Anwar, 2009;183).
            Kutipan di atas menunjukkan adanya diskriminasi terhadap entis cina. Disini, diduga bahwa konflik ini pertama-tama terjadi karena kepentingan politik. Setelah kerusahan itu, banyak orang cina yang kehilangan segala-galanya. Mereka kehilangan harapan, harga diri sebagai manusia, dan juga harta mereka. Akhrinya banyak etnis cina yang kemudian lari ke luar negeri. Kejadian ini menimbulkan trauma tersendiri bagi etnis cina, seperti trauma yang dialami tokoh Ko Han yang terlihat pada kutipan berikut:
            “Barangkali karena pengalaman hidup yang pahit, sentimen etnis itu justru dipakai Ko Han untuk melangsungkan kehidupanya. Dia mungkin ingin membalik sentimen itu menjadi simpati” (Shoim Anwar, 2009:184).
            Terjadinya diskriminasi ini merupakan salah satu tantangan dari segenap warga bangsa Indonesia dalam berproses menuju kesejahteraan sosial yang adil berdasarkan Pancasila. Itulah pesan yang tersirat dari cerpen ini. Jawa, Cina, Madura nggak masalah. Yang penting rasanya merupakan gambaran bahwa perbedaan suku dan budaya di negara kita bukanlah suatu hal yang menjadi hambatan untuk kita bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Dasar negara Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 telah memberikan payung hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan kondisi masyarakat yang beragam tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar